2. SEMALAM DI MALAYSIA
Setelah mengklaim barang-barang bawaan atau bagasi, kami segera menuju pintu keluar Bandara Internasional Kuala Lumpur. Di luar terlihat banyak banyak orang berkerumun. Ada yang menawarkan taksi, mobil sewaan, hotel, ada juga orang-orang yang menjemput keluarga atau rekan kerjanya. Kami tidak pedulikan itu karena hari sudah gelap dan harus fokus mencari transportasi selanjutnya yang bisa mengantar kami ke tempat tujuan berikutnya. Tapi sebelumnya kami harus mencari counter penitipan barang dulu, untuk menitipkan koper –koper besar agar tidak merepotkan di jalan. Toh besok kita akan kemari lagi untuk melanjutkan perjalanan ke London.
Setelah mengklaim barang-barang bawaan atau bagasi, kami segera menuju pintu keluar Bandara Internasional Kuala Lumpur. Di luar terlihat banyak banyak orang berkerumun. Ada yang menawarkan taksi, mobil sewaan, hotel, ada juga orang-orang yang menjemput keluarga atau rekan kerjanya. Kami tidak pedulikan itu karena hari sudah gelap dan harus fokus mencari transportasi selanjutnya yang bisa mengantar kami ke tempat tujuan berikutnya. Tapi sebelumnya kami harus mencari counter penitipan barang dulu, untuk menitipkan koper –koper besar agar tidak merepotkan di jalan. Toh besok kita akan kemari lagi untuk melanjutkan perjalanan ke London.
Setelah selesai urusan penitipan, kami bergegas menuju ke
lantai dua dengan menggunakan lift. Lalu kami menuju terminal bis yang akan
mengantar kami ke KL center. Mba Erna membeli tiket bis di loket penjualan
tiket. Sementara yang lain menunggu dekat pintu keluar. Kami selalu saling
mengingatkan barang bawaan masing-masing. Maklum, kadang kami lupa dan lengah
dengan barang bawaan sendiri.
“Bis nomer satu”, kata mba
Erna sambil menunujuk kea rah bis yang paling kiri dari deretan bis yang parkir
disana. Segera kami berjalan menuju bis tersebut. Seorang pria melayu
membukakan pintu bagasi sehingga kami bisa menaruh koper-kper bawaan kami di
dalamnya. Lalu Daeng menghitung jumlah koper yang sudah masuk ke dalam bagasi. Lengkap,
ada tiga koper; satu koper milikku, satu koper milik Daeng dan satu koper milik
Novi. Sementara koper mba Erna dan Ibu dititipkan tadi di bandara karena
ukurannya besar dan berat sekali. Setelah yakin dengan koper-koper tadi kami
segera menaiki bis, mencari tempat duduk yang masih kosong.
Dalam bis kami dengan
leluasa memilih tempat duduk karena tidak terlalu banyak penumpang saat itu.
Dan tidak menunggu lama bis pun kemudian melaju meninggalkan kawasan bandara
Internasional Kuala Lumpur. Jalanan yang kami lewati lebar dan mulus, persis
jalan tol.
“Ada wifinya”, bisik mba
Erna dari belakang jok bis, sambil menunjuk ke notice yang ada di kaca depan bagian atas. Lumayan, bisa buka
internet, minimal buka WA. Aku langsung mengaktifkan tombol wifi di tabletku.
Begitu aktif, langsung membrudul notifikasi
dari semua akun medsosku. Aku lebih dulu buka WA. Dan ada chat dari no asing.
Isinya Cuma “Mbak…”. Hmm siapa ya. Karena takut ada berita penting maka aku
balas: “ya. Siapa ini?”. Tidak lama ada balasan. “mbak tadi bawa koper warna
hitam? Kayaknya tertukar dengan koper mama saya, soalnya bentuk dan modelnya
sama banget dengan punya mama saya.” “Astagfirulloh hal adzim”, seruku kaget.
Masa sih aku ketuker koper. Di negeri orang lagi. Lagipula aku saat ini ada di
bis yang sedang melaju di jalan tol. Terus gimana dong? Aku mulai panik. Aku
langsung bilang ke Daeng kalau ada orang yang mengirim pesan melalui WA bahwa
kopernya tertukar dengan koperku.
“Lha, koq bisa?” Tanya
Daeng. “Emang tadi gak dicek dulu pas ngambil koper?”
“Kunaon, Dian” Tanya mba
Erna dengan bahasa sunda yang artinya kenapa Dian. Aku ceritakan isi WA tadi.
Dan respon mba Erna tidak jauh berbeda dengan Daeng. Aku sedikit ragu apa betul tadi
koper miliku atau bukan, soalnya tadi koper-koper kami sudah berada di luar ban
berjalan dan terkumpul jadi satu dengan koper-koper kami yang lainnya. Jadi aku
pikir itu memang koperku. Perasaan sih aku sudah cek name tag-nya merah persis yang aku pasang di koper. Tapi name tag merah dari maskapai Emirates
kan banyak, bisa saja sama dengan milik orang lain. hatiku mulai gelisah. Jadi
gimana nih seandainya benar koperku tertukar?
“Ya udah bilangin aja kita
janjian di KL Center gitu, soalnya kita lagi di jalan naik bis.” Kata mba Erna
menyarankan. Akhirnya kita sepakat untuk bertemu di KL Center. Sepanjang
perjalanan si pengirim pesan di WA tadi terus menanyakan kepastian apakah aku
sudah mengecek keberadaan koperku. Aku jadi ingin segera tiba di tempat tujuan
dan mengecek koperku di bagasi bis.
Akhirnya bis pun tiba di
stasiun KL Center. Setelah bis benar-benar berhenti, para penumpang
satu-persatu turun dari bis. Akupun bergegas turun dan segera mengambil baraang
bawaan yang disimpan di bagasi bis. Aku langsung mengambil koperku dan mengecek
nametag -nya. Ternyata itu memang
milikku. Lalu aku segera mengambil anak kunci untuk membuka kunci gembok pada
koperku. Segera kubuka koperku dengan penuh penasaran. Alhamdulillah, isisnya
memang milikku. Jadi koperku tidak tertukar. Lalu koper yang mana yang
tertukar? mungkin tadi itu orang iseng yang hendak mengecohku. Atau…Ya
sudahlah, yang penting barang bawaanku aman semuanya.
Setelah semua mengecek
barang bawaan masing-masing, kamipun bergegas memasuki pintu masuk ke gedung KL
Center. Sebuah gedung serupa Mall
yang megah dengan beraneka ragam outlet dan kafe atau mini restoran. Kami
menunggu di titik tengah Mall agar
mudah ditemukan Fifin saat dia dating menjemput kami nanti. Ya kami sudah
membuat janji dengan Fifin teman semasa kuliah di IKIP bandung dulu, yang
sekarang tinggal di Kuala Lumpur karena suaminya bekerja di perusahaan minyak
Malaysia. Begitu tahu bahawa kami akan ke Kuala Lumpur Fifin menawarkan untuk
singgah di apartemennya sebelum kami melanjutkan perjalanan ke London esok
hari.
Setelah beberapa waktu
menunggu sambil berpotret sana sini, akhirnya Fifin datang bersama suami dan
ketiga orang anaknya. Anak pertamanya perempuan seumur dengan Fikri anak
sulungku, anak keduanya juga seusia dengan Fadhil anak keduaku. Dan, anak
ketiganya tidak jauh berbeda juga dengan sikembarku Zalfa dan Zufar. Dari atas
tangga berjalan Fifin melambaikan tangannya pada kami. Begitu ia turun dari tangga
aku langsung menyambutnya dengan pelukan hangat yang erat. Dua puluh tahun kami
tidak bertemu sejak wisuda tahu 1997 yang lalu. Alhamdulillah Allah memberi
kesempatan kepada kami untuk bisa bertemu muka di tempat yang jauh dari kampung
halaman kami masing-masing.
Setelah berbincang-bincang
beberapa saat, Fifin dan keluarganya segera mengajak kami ke tempat parkir.
Kami melewati beberapa outlet dan anjungan-anjungan unik khas Melayu. Kami
tidak sempat berkeliling disana karena hari sudah malam. Fifin ingin mengajak
kami ke ikon kota Kuala Lumpur yaitu menara kembar Petronas. Jadi kami harus
bergegas khawatir gedung keburu tutup.
Setelah mengatur barang
bawaan kami ke dalam mobil, giliran
penumpang yang harus diatur. Daeng duduk di depan dengan suami Fifin yang
mengendarai mobil. Aku duduk dibagaian tengan dengan ibuku, Fifin dan putri
sulungnya. Di bagian belakang mba Erna, Novi dan kedua putra Fifin. Setelah
semua posisi aman, kamipun meluncur meninggalkan KL Center menuju gedung menara
kembar. Sepanjang jalan dengan diiringi gerimis, kami banyak bercerita tentang masa kuliah dulu
dan bagaimana Fififn beserta keluarga bisa tinggal menetap di Kuala
Lumpur. Gerimis masih setia menyertai,
saat kami tiba di temapt tujuan. Setelah memarkirkan mobilnya, Fifin menuntun
kami masuk ke gedung menara. Sementara suami dan anak-anaknya menunggu di mobil
karena hujan masih mengguyur kota Kuala Lumpur.
Suasana depan gedung
menara kembar terlihat agak semrawut. Sampah berserak disana sini terbawa
aliran air hujan yang tiada henti semenjak kami tiba di Kuala Lumpur petang
tadi. Di depan pintu gedung banyak orang yang berteduh menunggu hujan reda.
Kami masuk melalui pintu tersebut. Fifin memimpin di depan, mencari spot yang
bagus untuk kami berfoto. Setelah mencari kesana kemari akhirnya kami tiba di bagian
belakang gedung. Lalu kami menuju halaman belakang dimana terdapat kolam yang
cukup luas lengkap dengan air mancurnya. Dari sini kita bisa melihat ujung
menara yang gemerlap oleh lampu. Lalu kamipun segera berfoto bergantian depan
kolam dengan latarbelakang menara kembar.
Gedung KLCC |
Menara Kembar Petronas |
Setelah puas berfoto, kami
memutuskan untuk segera kembali ke mobil. Namun Fifin menahan kami, “Nanti
dulu, jangan pulang sekarang. Sebentar lagi ada atraksi air mancur menari.
Biasanya tepat pukul 10 malam atraksi itu dimainkan.” Benar saja, tak lama
kemudian terdengar lagu berkumandang. Aku hafal betul siapa yang
menyanyikannya. Ya, itu suara Siti Nurhalisa dengan lagunya yang terkenal
berjudul ‘Cindai’. Dengan iringan lagu tersebut, air mancur pun mulai
meliuk-liuk dengan gemulai bak penari yang sedang menarikan tarian indah. Lampu
laser warni-warni menambah indah tontonan saat itu. Para pengunjung bersorak
riang. Bahkan beberapa orang ikut menari mengikuti irama lagu. Subhanalloh.
Pemandangan yang Luar biasa.
Add caption |
Setelah dua putaran lagu
dimainkan atraksi tarian air mancurpun selesai di sajikan. Lampu-lampu kembali
padam. Para pengunjungpun sebagian besar mulai meninggalkan tempat. Beitupun
dengan kami. Cukup bagi kami untuk mengobati rasa penasaran mengenai menara
kembar di Kuala Lumpur. Kami bergegas kembali ke mobil Fifin yang parkir tidak
jauh dari depan gedung. Hujan masih setia menemani. Mobilpun segera meluncur
menuju kediaman Fifin. Selama perjalanan, Fifin menunjukkan beberapa gedung
yang kami lewati, diantaranya gedung tempat anak-anaknya bersekolah.
Akhirnya kami tiba di
apartemen tempat tinggal keluarga Fifin. Kami segera membersihkan diri dan
sholat berjamaah. Lalu Fifin mengajak kami menyantap makan malam. Menu yang
disajikan adalah menu khas Lebaran. Ada ketupat, opor ayam, rendang daging sapi
dan bakso kuah. Setelah makan dan berbincang-bincang beberapa saat, kami segera
tidur. Fifin mengingatkan bahwa besok setelah sholat subuh kita harus segera
menuju bandara aga tidak terlambat cek in. sebelum pergi tidur, aku menyempatkan
diri memandang ke luar jendela, melihat pemandangan kota Kuala Lumpur di malam
hari.
Pagi-pagi sekali aku sudah
bangun. Aku segera mandi dan berwudhu. Lalu aku membangunkan Daeng dan maba
Erna untuk bergantian ke kamar mandi. Sambil menunggu adzan subuh, aku sholat
beberapa rakaat. Begitu adzan berkumandang kami segera sholat sunnah dua
rakaat, diikuti sholat subuh berjamaah. Setelah sholat kami menyantap sarapan
yang disediakan Fifin. Sebetulnya kami belum ingin makan sepagi itu, namun
untuk menghormati tuan rumah yang sudah menyediakan makanan, kamipun
menyantapnya. Lalu kami mengecek barang-barang bawaan agar tidak ada yang
tertinggal. Tidak lupa aku memberikan beberapa oleh-oleh dari tanah air untuk
keluarga Fifin. Begitupun dengan Fifin, ia membekali kami dengan beberapa
makanan khas produk Malaysia. Indahnya berbagi.
Setelah semua dirasa
lengkap, kami berangkat menuju bandara diantar oleh Fifin dan Suaminya. Jalanan
masih basah oleh air hujan yang terus mengguyur sepanjang malam. Beruntung pagi
ini cuaca cerah. Perjalanan menuju bandara pun lancar. Kami tiba di bandara
dengan selamat tanpa ada halangan rintangan. Karena suami Fifin harus berangkat
ke tempat kerja, maka Fifinpun hanya mengantar kami sampai depan pintu masuk.
Kami saling berpelukan dan mengucapkan terima kasih atas kebaikan keluarga
Fifin. Teman yang baik adalah rizki yang tak ternilai. Bersyukur memiliki teman
seperti Fifin. Setelah berfoto sejenak Fifinpun pergi meninggalkan kami dengan
lambaian tangannya. Kami membalasnya hingga mobil Fififn hilang dari pandangan.
Bersama Fifn. |
Dalam Monorel |
Tempat yang kami tuju
lebih dulu di bandara adalah tempat penitipan barang untuk mengambil koper
besar yang kami titipkan kemarin sore. Setelah koper kami dapatkan, kami
bergegas ke konter cek in. Setelah memperoleh boarding pass, kami berjalan
menuju pemeriksaan passport. Setelah mendapatkan stempel dari petugas kami
harus segera menuju pintu keberangkatan. Untuk meuju kesana, kami harus naik
monorel. karena terminal keberangkatan terpisah dengan terminal cek in.
Akhirnya kamipun tiba di
gate C22 seperti yang tertera pada Boradingpass. Kami menunggu beberapa waktu untuk selanjutnya siap
menaiki pesawat. Dengan senyum ramah para pramugari menyambut kami di pintu
kabin. Beberapa diantaranya membantu para penumpang mencarikan tempat duduk
sesuai dengan nomor yang tertera pada boarding pass mereka.
Setelah semua penumapang
dan awak siap, dan semua standar operasional sudah dilakukan seperti penjelasan
penggunan fasilitas keamanan saat keadaan darurat dan sebagainya, pesawatpun
siap terbang meninggalkan kota Kuala Lumpur menuju London, UK.
Mantap ditunggu lanjutannya bu ageung
BalasHapusHatur nuhun bade dikeureuyeuh heula nya
HapusBagus
BalasHapusMakasih dah berkenan membacanya
BalasHapusWaah.. Welcome di dunia blogger Bu Syam.. Keren
BalasHapusNuhun mah Kenny ngalalanyah keneh
HapusDuhhh serasa ngiring ka KL...caranya bercerita...bertutur... sdh bagusssss
BalasHapusMakasih, masih belajar nih...
Hapus