Selasa, 08 Januari 2019

SEMALAM DI MALAYSIA ( KELUARGA BACKPACKERAN BAGIAN 2)



2. SEMALAM DI MALAYSIA

Setelah mengklaim barang-barang bawaan atau bagasi, kami segera menuju pintu keluar Bandara Internasional Kuala Lumpur. Di luar  terlihat banyak banyak orang berkerumun. Ada yang menawarkan taksi, mobil sewaan, hotel, ada juga orang-orang yang menjemput keluarga atau rekan kerjanya. Kami tidak pedulikan itu karena hari sudah gelap dan harus  fokus mencari transportasi selanjutnya yang bisa mengantar kami ke tempat tujuan berikutnya. Tapi sebelumnya kami harus mencari counter penitipan barang dulu, untuk menitipkan koper –koper besar agar tidak merepotkan di jalan. Toh besok kita akan kemari lagi untuk melanjutkan perjalanan ke London.


Setelah selesai  urusan penitipan, kami bergegas menuju ke lantai dua dengan menggunakan lift. Lalu kami menuju terminal bis yang akan mengantar kami ke KL center. Mba Erna membeli tiket bis di loket penjualan tiket. Sementara yang lain menunggu dekat pintu keluar. Kami selalu saling mengingatkan barang bawaan masing-masing. Maklum, kadang kami lupa dan lengah dengan barang bawaan sendiri.
“Bis nomer satu”, kata mba Erna sambil menunujuk kea rah bis yang paling kiri dari deretan bis yang parkir disana. Segera kami berjalan menuju bis tersebut. Seorang pria melayu membukakan pintu bagasi sehingga kami bisa menaruh koper-kper bawaan kami di dalamnya. Lalu Daeng menghitung jumlah koper yang sudah masuk ke dalam bagasi. Lengkap, ada tiga koper; satu koper milikku, satu koper milik Daeng dan satu koper milik Novi. Sementara koper mba Erna dan Ibu dititipkan tadi di bandara karena ukurannya besar dan berat sekali. Setelah yakin dengan koper-koper tadi kami segera menaiki bis, mencari tempat duduk yang masih kosong.
Dalam bis kami dengan leluasa memilih tempat duduk karena tidak terlalu banyak penumpang saat itu. Dan tidak menunggu lama bis pun kemudian melaju meninggalkan kawasan bandara Internasional Kuala Lumpur. Jalanan yang kami lewati lebar dan mulus, persis jalan tol.
“Ada wifinya”, bisik mba Erna dari belakang jok bis, sambil menunjuk ke notice yang ada di kaca depan bagian atas. Lumayan, bisa buka internet, minimal buka WA. Aku langsung mengaktifkan tombol wifi di tabletku. Begitu aktif, langsung membrudul notifikasi dari semua akun medsosku. Aku lebih dulu buka WA. Dan ada chat dari no asing. Isinya Cuma “Mbak…”. Hmm siapa ya. Karena takut ada berita penting maka aku balas: “ya. Siapa ini?”. Tidak lama ada balasan. “mbak tadi bawa koper warna hitam? Kayaknya tertukar dengan koper mama saya, soalnya bentuk dan modelnya sama banget dengan punya mama saya.” “Astagfirulloh hal adzim”, seruku kaget. Masa sih aku ketuker koper. Di negeri orang lagi. Lagipula aku saat ini ada di bis yang sedang melaju di jalan tol. Terus gimana dong? Aku mulai panik. Aku langsung bilang ke Daeng kalau ada orang yang mengirim pesan melalui WA bahwa kopernya tertukar dengan koperku.
“Lha, koq bisa?” Tanya Daeng. “Emang tadi gak dicek dulu pas ngambil koper?”
“Kunaon, Dian” Tanya mba Erna dengan bahasa sunda yang artinya kenapa Dian. Aku ceritakan isi WA tadi. Dan respon mba Erna tidak jauh berbeda  dengan Daeng. Aku sedikit ragu apa betul tadi koper miliku atau bukan, soalnya tadi koper-koper kami sudah berada di luar ban berjalan dan terkumpul jadi satu dengan koper-koper kami yang lainnya. Jadi aku pikir itu memang koperku. Perasaan sih aku sudah cek name tag-nya merah persis yang aku pasang di koper. Tapi name tag merah dari maskapai Emirates kan banyak, bisa saja sama dengan milik orang lain. hatiku mulai gelisah. Jadi gimana nih seandainya benar koperku tertukar?
“Ya udah bilangin aja kita janjian di KL Center gitu, soalnya kita lagi di jalan naik bis.” Kata mba Erna menyarankan. Akhirnya kita sepakat untuk bertemu di KL Center. Sepanjang perjalanan si pengirim pesan di WA tadi terus menanyakan kepastian apakah aku sudah mengecek keberadaan koperku. Aku jadi ingin segera tiba di tempat tujuan dan mengecek koperku di bagasi bis.
Akhirnya bis pun tiba di stasiun KL Center. Setelah bis benar-benar berhenti, para penumpang satu-persatu turun dari bis. Akupun bergegas turun dan segera mengambil baraang bawaan yang disimpan di bagasi bis. Aku langsung mengambil koperku dan mengecek nametag -nya. Ternyata itu memang milikku. Lalu aku segera mengambil anak kunci untuk membuka kunci gembok pada koperku. Segera kubuka koperku dengan penuh penasaran. Alhamdulillah, isisnya memang milikku. Jadi koperku tidak tertukar. Lalu koper yang mana yang tertukar? mungkin tadi itu orang iseng yang hendak mengecohku. Atau…Ya sudahlah, yang penting barang bawaanku aman semuanya.
Setelah semua mengecek barang bawaan masing-masing, kamipun bergegas memasuki pintu masuk ke gedung KL Center. Sebuah gedung serupa Mall yang megah dengan beraneka ragam outlet dan kafe atau mini restoran. Kami menunggu di titik tengah Mall agar mudah ditemukan Fifin saat dia dating menjemput kami nanti. Ya kami sudah membuat janji dengan Fifin teman semasa kuliah di IKIP bandung dulu, yang sekarang tinggal di Kuala Lumpur karena suaminya bekerja di perusahaan minyak Malaysia. Begitu tahu bahawa kami akan ke Kuala Lumpur Fifin menawarkan untuk singgah di apartemennya sebelum kami melanjutkan perjalanan ke London esok hari.


Setelah beberapa waktu menunggu sambil berpotret sana sini, akhirnya Fifin datang bersama suami dan ketiga orang anaknya. Anak pertamanya perempuan seumur dengan Fikri anak sulungku, anak keduanya juga seusia dengan Fadhil anak keduaku. Dan, anak ketiganya tidak jauh berbeda juga dengan sikembarku Zalfa dan Zufar. Dari atas tangga berjalan Fifin melambaikan tangannya pada kami. Begitu ia turun dari tangga aku langsung menyambutnya dengan pelukan hangat yang erat. Dua puluh tahun kami tidak bertemu sejak wisuda tahu 1997 yang lalu. Alhamdulillah Allah memberi kesempatan kepada kami untuk bisa bertemu muka di tempat yang jauh dari kampung halaman kami masing-masing.
Setelah berbincang-bincang beberapa saat, Fifin dan keluarganya segera mengajak kami ke tempat parkir. Kami melewati beberapa outlet dan anjungan-anjungan unik khas Melayu. Kami tidak sempat berkeliling disana karena hari sudah malam. Fifin ingin mengajak kami ke ikon kota Kuala Lumpur yaitu menara kembar Petronas. Jadi kami harus bergegas khawatir gedung keburu tutup.
Setelah mengatur barang bawaan kami ke dalam  mobil, giliran penumpang yang harus diatur. Daeng duduk di depan dengan suami Fifin yang mengendarai mobil. Aku duduk dibagaian tengan dengan ibuku, Fifin dan putri sulungnya. Di bagian belakang mba Erna, Novi dan kedua putra Fifin. Setelah semua posisi aman, kamipun meluncur meninggalkan KL Center menuju gedung menara kembar. Sepanjang jalan dengan diiringi gerimis,  kami banyak bercerita tentang masa kuliah dulu dan bagaimana Fififn beserta keluarga bisa tinggal menetap di Kuala Lumpur.  Gerimis masih setia menyertai, saat kami tiba di temapt tujuan. Setelah memarkirkan mobilnya, Fifin menuntun kami masuk ke gedung menara. Sementara suami dan anak-anaknya menunggu di mobil karena hujan masih mengguyur kota Kuala Lumpur.
Suasana depan gedung menara kembar terlihat agak semrawut. Sampah berserak disana sini terbawa aliran air hujan yang tiada henti semenjak kami tiba di Kuala Lumpur petang tadi. Di depan pintu gedung banyak orang yang berteduh menunggu hujan reda. Kami masuk melalui pintu tersebut. Fifin memimpin di depan, mencari spot yang bagus untuk kami berfoto. Setelah mencari kesana kemari akhirnya kami tiba di bagian belakang gedung. Lalu kami menuju halaman belakang dimana terdapat kolam yang cukup luas lengkap dengan air mancurnya. Dari sini kita bisa melihat ujung menara yang gemerlap oleh lampu. Lalu kamipun segera berfoto bergantian depan kolam dengan latarbelakang menara kembar.
Gedung KLCC
Menara Kembar Petronas

Setelah puas berfoto, kami memutuskan untuk segera kembali ke mobil. Namun Fifin menahan kami, “Nanti dulu, jangan pulang sekarang. Sebentar lagi ada atraksi air mancur menari. Biasanya tepat pukul 10 malam atraksi itu dimainkan.” Benar saja, tak lama kemudian terdengar lagu berkumandang. Aku hafal betul siapa yang menyanyikannya. Ya, itu suara Siti Nurhalisa dengan lagunya yang terkenal berjudul ‘Cindai’. Dengan iringan lagu tersebut, air mancur pun mulai meliuk-liuk dengan gemulai bak penari yang sedang menarikan tarian indah. Lampu laser warni-warni menambah indah tontonan saat itu. Para pengunjung bersorak riang. Bahkan beberapa orang ikut menari mengikuti irama lagu. Subhanalloh. Pemandangan yang Luar biasa.

Add caption


Setelah dua putaran lagu dimainkan atraksi tarian air mancurpun selesai di sajikan. Lampu-lampu kembali padam. Para pengunjungpun sebagian besar mulai meninggalkan tempat. Beitupun dengan kami. Cukup bagi kami untuk mengobati rasa penasaran mengenai menara kembar di Kuala Lumpur. Kami bergegas kembali ke mobil Fifin yang parkir tidak jauh dari depan gedung. Hujan masih setia menemani. Mobilpun segera meluncur menuju kediaman Fifin. Selama perjalanan, Fifin menunjukkan beberapa gedung yang kami lewati, diantaranya gedung tempat anak-anaknya bersekolah.
Akhirnya kami tiba di apartemen tempat tinggal keluarga Fifin. Kami segera membersihkan diri dan sholat berjamaah. Lalu Fifin mengajak kami menyantap makan malam. Menu yang disajikan adalah menu khas Lebaran. Ada ketupat, opor ayam, rendang daging sapi dan bakso kuah. Setelah makan dan berbincang-bincang beberapa saat, kami segera tidur. Fifin mengingatkan bahwa besok setelah sholat subuh kita harus segera menuju bandara aga tidak terlambat cek in. sebelum pergi tidur, aku menyempatkan diri memandang ke luar jendela, melihat pemandangan kota Kuala Lumpur di malam hari.
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Aku segera mandi dan berwudhu. Lalu aku membangunkan Daeng dan maba Erna untuk bergantian ke kamar mandi. Sambil menunggu adzan subuh, aku sholat beberapa rakaat. Begitu adzan berkumandang kami segera sholat sunnah dua rakaat, diikuti sholat subuh berjamaah. Setelah sholat kami menyantap sarapan yang disediakan Fifin. Sebetulnya kami belum ingin makan sepagi itu, namun untuk menghormati tuan rumah yang sudah menyediakan makanan, kamipun menyantapnya. Lalu kami mengecek barang-barang bawaan agar tidak ada yang tertinggal. Tidak lupa aku memberikan beberapa oleh-oleh dari tanah air untuk keluarga Fifin. Begitupun dengan Fifin, ia membekali kami dengan beberapa makanan khas produk Malaysia. Indahnya berbagi.
Setelah semua dirasa lengkap, kami berangkat menuju bandara diantar oleh Fifin dan Suaminya. Jalanan masih basah oleh air hujan yang terus mengguyur sepanjang malam. Beruntung pagi ini cuaca cerah. Perjalanan menuju bandara pun lancar. Kami tiba di bandara dengan selamat tanpa ada halangan rintangan. Karena suami Fifin harus berangkat ke tempat kerja, maka Fifinpun hanya mengantar kami sampai depan pintu masuk. Kami saling berpelukan dan mengucapkan terima kasih atas kebaikan keluarga Fifin. Teman yang baik adalah rizki yang tak ternilai. Bersyukur memiliki teman seperti Fifin. Setelah berfoto sejenak Fifinpun pergi meninggalkan kami dengan lambaian tangannya. Kami membalasnya hingga mobil Fififn hilang dari pandangan.

Bersama Fifn.

Dalam Monorel 
Tempat yang kami tuju lebih dulu di bandara adalah tempat penitipan barang untuk mengambil koper besar yang kami titipkan kemarin sore. Setelah koper kami dapatkan, kami bergegas ke konter cek in. Setelah memperoleh boarding pass, kami berjalan menuju pemeriksaan passport. Setelah mendapatkan stempel dari petugas kami harus segera menuju pintu keberangkatan. Untuk meuju kesana, kami harus naik monorel. karena terminal keberangkatan terpisah dengan terminal cek in.


Akhirnya kamipun tiba di gate C22 seperti yang tertera pada Boradingpass. Kami menunggu beberapa waktu untuk selanjutnya siap menaiki pesawat. Dengan senyum ramah para pramugari menyambut kami di pintu kabin. Beberapa diantaranya membantu para penumpang mencarikan tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera pada boarding pass mereka.
Setelah semua penumapang dan awak siap, dan semua standar operasional sudah dilakukan seperti penjelasan penggunan fasilitas keamanan saat keadaan darurat dan sebagainya, pesawatpun siap terbang meninggalkan kota Kuala Lumpur menuju London, UK.


8 komentar: