Rabu, 30 Januari 2019

CITY TOUR OF LONDON (KELUARGA BACKPACKERAN BAGIAN KE-4)


4. CITY TOUR OF LONDON

Pagi-pagi sekali sekitar pukul 3 waktu London aku sudah terbangun karena suara adzan subuh waktu setempat berkumandang dari tabletku. Aku segera turun dari ranjang
tingkat kedua tempat tidurku semalam. Rasanya belum lama aku tidur, mataku masih agak sulit untuk dibuka. Tapi aku harus segera turun untuk melaksanakan kewajiban sholat subuh. Sebelum turun tidak lupa aku coba membangunkan Daeng yang berada di ranjang tingkat ketiga yaitu tepat diatas dipanku. Oya, aku belum menceritakan posisi tidur kami di hostel ya. Dari keempat ranjang tingkat yang ada, aku dapat dipan tingkat kedua dari ranjang kedua. Daeng ada ditingkat tiga diranjang yang sama denganku. Mba Erna dapat dipan tingkat ketiga di ranjang pertama. Sementara di ranjang ketiga ada ibu ditingkat pertama dan Novi tingkat kedua. Dalam gelap aku dan Daeng berusaha membuka koper kami masing-masing dan mengeluarkan keperluan mandi serta pakaian ganti. Kami tidak berani menyalakan lampu, takut mengganggu orang lain yang masih terlelap tidur. Dengan bantuan cahaya tablet aku berhasil mendapatkan apa yang aku cari.



 Smart Hyde Park Hostel (Dok. Pribadi)
Kamar mandi untuk wanita yang terdekat dari kamarku ada di lantai 2, satu lantai dibawah kamar kami. Sementara kamar mandi pria ada satu lantai diatas kamar kami. Jadi aku turun tangga, Daeng naik tangga menuju kamar mandi masing-masing.  Aku menuruni anak tangga pelan-pelan tanpa alas kaki, takut kalau-kalau suara kakiku menimbulkan bunyi berisik. Setibanya di sana aku melihat ada enam bilik kamar mandi. Tiga bilik di sebelah kiri dan sisanya ada di sebelah kanan. Aku memilih bilik tengah di deretan sebelah kanan. Kamar mamdi ukuran 1,5 X1,5 m itu aku tidak menemukan bak mandi dan gayung. Hanya ada shower saja. Sulit juga aku untuk kumur-kumur selepas gosok gigi. Tapi tak masalah semua bisa disiasati. Yang penting air mengalir lancar.  Beberapa menit kemudian selesailah aku mandidan mengambil air wudhu untuk shlat subuh.

Begitu kembali ke kamar kudapati Daeng sudah ada disana. Lalu kami membangunkan Novi, mba Erna dan ibu sebelum kami sholat secara bergantian karena ruangan yang sempit dan penuh dengan koper serta barang-barang lainnya. Usai sholat kami membereskan barang dan merapikan tempat tidur serta menutup gorden tempat tidur masing-masing serta menaruh suatu barang diatasnya, pertanda ada pemiliknya. Jika gorden terbuka dan dipannya kosong orang akan mengira tidak ada pemiliknya.

Usai beres-beres dan sedikit berdandan aku dan Daeng memutuskan untuk turun terlebih dahulu dan mencari udara segar di luar sambil menunggu waktu sarapan. . Waktu sarapan pagi adalah pukul 6, sedangkan saat ini masih sekitar pukul 4 lebih walaupun hari sudah terang. Kebetulan saat ini masuk awal musim panas sehingga waktu siang lebih panjang dari waktu malam hari.

Kami menuruni anak tangga menuju lobi yang masih sepi. Kamipun langsung saja menuju pintu keluar hostel. Diluar pun suasana masih sangat sepi. Tak ada orang yang lewat di jalanan. Udara dingin terasa sedikit menusuk tubuhku. Aku mendekapkan kedua tanganku di dada, mencoba menghindarkan dari rasa dingin. Dari depan hostel kami ambil jalan ke arah kiri atau arah selatan. Lalu kami menyusuri jalan Inverness Terrace yang sepi ini sambil melihat- lihat suasana pagi di kawasan Hyde Park ini. Hal pertama yang menarik perhatianku adalah kotak telepon merah khas London. Tentu saja aku langsung minta Daeng untuk mengambil gambarku yang berpose depan kotak telepon. Lalu secara bergantian kami berpose atau perfoto. Puas dengan si kotak telepon merah, kami terus berjalan lagi ke arah selatan yaitu menuju Bayswater Road.

 Jalan Inverness Terrace Hyde Park (Dok.Pribadi)

Sebelum mencapai Bayswater Road kami melewati beberapa penginapan dan toko-toko yang masih tutup. Sepeda sewaan berjejer di trotoar dengan rapi. Tapi kemudian kami menemukan juga beberapa toko yang sudah mulai buka dan membereskan barang daganganya. Mobil pengangkut sampah mulai mengangkut sampah-sampah yang sudah menumpuk di pinggir pinggir trotoar. Kami tertarik melihaat petugas kebersihan yang tengan memilah-milah sampah sebelum dimasukkan kedalam truk. Sampah kaca atau beling langsung dimasukkan ke mesin penghancur. Setelah semua sampah berada dalam truk, otomatis atapnya menutup kembali sehingga tidak ada sampah yang tercecer serta tidak meninggalkan bau yang tidak sedap. Jauh berbeda dengan truk sampah di kampungku, semua jenis sampah dicampur aduk dalam truk tanpa penutup, sehingga terkadang ceceran sampah tertinggal di jalanan atau terbang saat mobil melaju kencang.

Kuintip tabletku, waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam. Kami memutuskan untuk kembali ke hostel menemui ibu dan adik-kakakku. Di kamar, ibu tengah memasangkan kerudungnya, sedangkan Novi dan Mbak Erna tengah berbenah merapikan koper dan barang bawaan kami yang akan kami tinggalkan di kamar selama kami jalan-jalan hari ini. Usai berbenah, kami langsung turun ke lantai dasar untuk menikmati hidangan sarapan pagi. Diruang makan sudah ada beberapa tamu dengan penampakan yang berbeda-beda. Dari postur tubuh dan garis wajahnya ada yang tipikal Eropa, Amerika juga Asia.

Banyak variasi jenis hidangan yang tersedia di meja. Aku memilih jus buah, Roti dan selai coklat. Mohon maaf ya, tidak ada nasi kuning atau nasi uduk apalagi nasi goreng dan lontong kari. Jika ingin sarapan berkuah kita bisa pilih sereal dengan susu cair saja. Ada sih makan beratnya juga, kentang, keju dan daging asap, tapi riskan kalau makan daging di negeri orang, lebih baik menghindarinya daripada salah makan daging non-halal.

Ok. Kini saatnya kita memulai petualangan di Kota London.
Dari hostel kami langsung menuju Bayswater underground station (stasiun kereta bawah tanah). Kami hendak menggunakan moda kereta bawah tanah atau tube. Jalur kereta yang diambil adalah Circle Lines dengan tujuan St. James Park. Untuk sampai ke sana, kami harus melewati 6 stasiun pemberhentian yaitu: Notting Hill Gate – High Street Kensington – Gloucester Road – South Kensington - Sloane Square  dan Victoria.

Bayswater Underground Station (Dok. Pribadi.)
Setelah tiba di St. James Park kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, karena tidak ada transportasi umum, tidak ada ojek apalagi becak. Waktu tempuh menurut Google sih sekitar 9 menit dengan jalan kaki. Tapi karena kami masih meraba-raba jalur dan lokasinya, tentu waktu tempuhnya menjadi labih dari itu. Selain itu kami berangkat bersama ibu, waktu tempuhnya menjadi beberapa kali lipat. Dari stasiun bawah tanah kami sempat membaca rute jalan menuju istana yang terpampang disamping pintu keluar stasiun. Dari pintuStasiun kita belok ke kiri menyususri jalan Patty France hingga bertemu dengan jalan Buckingham Gate. Lalu kami mnegikuti jalan ini terus sambil beberapa kali berhenti untuk beristirahat. Akhirnya tampaklah disebelah kiri kami istana Buckingham. Masyaa Allah, megahnya istana Ratu Elizabeth ini. Sebelum aku hanya melihat ini di televise saat pesta pernikahan putri Diana dengan pangeran Charles dan Pangeran William dengan Kate Midelson.


Buckingham Palace (Dok. Pribadi)

Nampak depan istana sudah banyak wisatawan dari mancanegara. Ada yang bergerombol dengan kelompoknya masing-masing. Ada pula wsiatawan-wisatawan solo yang terlihat santai tanpa teman. Dari balik pagar tinggi tampak petugas jaga pintu gerbang dengan seragam khas prajurit istana Inggris yaitu baju merah dengan topi tinggi berwarna hitam seperti yang biasa kita lihat di kaleng biskuit merek terkenal di Indonesia. Pasti semua sudah tahu walau tidak aku sebutkan mereknya.

Victoria Memorial (Dok.Pribadi)
Istana Buckingham atau Buckingham Palace adalah kediaman resmi Ratu Inggris di London. Istana ini adalah tempat untuk peristiwa- peristiwa kenegaraan, tempat menyambut tamu negara, dan tempat kunjungan wisata. Seringkali dalam masa-masa kegembiraan, krisis atau perkabungan, tempat ini juga menjadi pusat berkumpul untuk masyarakat Britania raya. (Sumber: Wikipedia Indonesia)

Disebrang istana Buckingham terdapat sebuah monument yang bernama Victoria Memorial. The Victoria memorial adalah monument untuk mengenang Ratu Vctoria. Tepatnya berada di ujung jalan The Mall yaitu jalan di Kota Westminster Central London antara Istana Buckingham di sebelah barat dan Trafaglar Square melalui Admiralty Arch di sebelah timur. (Sumber: Wikipedia)

Puas menikmati keindahan Istana Buckingham dan monumen Victoria, kami kembali berjalan kaki menuju stasiun bawah tanah ST. James Park dan melanjutkan perjalanan dengan tube jalur Circle Lines menuju stasiun Westminster. Westminster adalah stasiun terdekat setelah St. James Park, jadi tidak melewati stasiun pemberhentian lainnya.

Big Ben (Dok.Pribadi)
Begitu keluar dari stasiun Westminster kami langsung ternganga melihat menara Big Ben tepat berada diatas tatapan mata. Wow… Big Ben yang pertama kali aku lihat di buku paket Bahasa Inggris SMP dulu kini ada didepan mata. Rasa kagum, senang, takjub serta haru bercampur aduk dalam dada. Alhamdulillah, Allah telah memberi kesempatan ini kepada kami. Fabiayyi ‘aalaa’I Rabbikumaa Tukadzdziban. “Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.”  Big Ben sendiri adalah Nama sebuah lonceng besar di tengah Menara jam yang terletak di sebelah utara istana Westminster, London, Britania Raya. Secara resmi Menara ini diberi Nama Elizabeth Tower, bertepatan dengan pesta 60 tahun Ratu Elozabeth II memimpin Britania Raya dan Wilayah Persemakmuran. (Sumber: Wikipedia Indonesia)

London Eye (Dok. Pribadi)
Posisi kami saat itu berada diujung barat jembatan Westminster. Lalu kami berjalan ke arah kiri menyusuri jembatan ke arah timur untuk mencari posisi yang bagus untuk berfoto dengan latar belakang Menara Big Ben. Dari sisi kiri jembatan kami melihat kincir yang sangat besar di pinggir sungai Thames. Kincir besar itu dikenal dengan Nama London Eye. Berbagai pose pun kami coba ditambah lagi dengan latar belakang Double Decker (bus tingkat merah) serta London Eye. Adapun London Eye atau disebut juga Millenium Wheel adalah sebuah roda pengamatan yang terbesar di dunia setinggi 135 meter atau 443 kaki. London Eye berputar di atas sungai Thames, London, Britania Raya dan mulai beroperasi pada akhir 1999.




Parliament street (Dok. Pribadi)
Dari jembatan Westminster kami berjalan balik arah ke barat lagi untuk menuju Parliament st. Disekitar jalan itu ada kotak telepon khas London berwarna merah. Ternyata itu adalah spot foto paling keren dengan latar belakang Menara Big Ben dan kotak telepon merah. Kata mbak Erna kalau belum berfoto disini belum sah ke Londonnya. Ada-ada saja mbak Erna ini yah. Dan betul saja sudah banyak orang yang antri untuk berfoto di spot itu.



 Saat kami hendak menyebrang ke jalan Parliament kami bertemu seorang polisi wanita London. Dengan sedikit ragu aku memintanya untuk berfoto bersama kami.
                “May I take the picture of you and me, please?” tanyaku sambil mngernyitkan ahi.
                “Sure, come on,” ajaknya sambil menggandengku menuju trotoar diujung jalan.
                “Here we are with the Big Ben behind us.” Katanya.
The Police Woman of London (Dok. Pribadi)
Aku tersenyum senang, dia tahu betul kalau itu yang aku maksud, berfoto dengan polisi London berlatarbelakang Menara Big ben.
                “Where are you from?” tanyanya pada kami.
                “We’re from Indonesia, Mam. Thank you so much. You are very kind.”
                “Ok. See you then,” katanya setelah aku, Novi dan Mbak Erna secara bergantian berfoto dengannya, Iapun kembali betugas di jalan raya. Suatu Pengalaman yang seru dan menyenangkan, walaupun harus banyak berjalan kaki kesana kemari.


Selanjutnya kami berencana untuk mengunjungi alun-alun Kota London yaitu Trafalgar square. Traflgar Square adalah sebuah alun-alun di bagian tengah London yang dinamakan demikian untuk mengenang pertempuran Trafalgar (1805), sebuah pertempuran di laut dimana kapal perang Angkatan Laut Inggris memenangkan Perang Napoleon. Nama sebelumnya tempat ini adalah “King William TheFourth square”. (Sumber: Wikipedia Indonesia).

Dari Westminster kami naik bus no. 24 di Parliament Stop C. setelah beberapa menit kemudian kami tiba di alun-alun. Bus berhenti tepat disamping alun-alun. Aku turun sambil menuntun ibu ke sebelah kanan yang agak menurun menuju area alun-alun. Begitu masuk ke area kami menjumpai tiang-tiang berdiameter sekitar 60 cm yang tingginya sedada kami berjejer mengelilingi alun-alun.  Di sebelah kiri dari tempat kami masuk tadi berdiri sebuah patung yaitu patung Charles James Napler. Sebelah kirinya lagi menjulang monument Nelson’s Column yang dibuat untuk mengenang Admiral Horatio Nelson yang gugur pada perang Trafalgar. Monument itu dijaga oleh empat patung singa. Ditengahnya terdapat kolam dengan air mancur dengan patung mrmaid, mermen triton dan dolphin. Depan kolam ada banyak bangku untuk bersantai. Kami memilih bangku yang menghadap kolam air mancur di tengah alun-alun. Disini kami membuka perbekalan yang kami bawa sebelumnya. Ada keu-kue dan minuman yang bisa kami santap untuk mengganjal perut.

Trafalgar Square (Dok.Pribadi)


Tidak banyak aktivitas yang kami lakukan disini. Hanya duduk-duduk sesekali berfoto dan memandang suasana sekitar saja. Lahannya cukup luas dikelilingi jalan dari ketiga sisinya dan tangga menuju galeri Nasional pada sisi lainya. Aku lebih banyak duduk menemani ibu, sedangkan Novi berkaliling mengamati Galeri yang kebetulan sedang ada pameran seni.

Dirasa sudah cukup di alun-alun, kami melanjutkan perjalanan ke Camden Town dengan menggunakan jalur Dsitrict Lines Undergound. Routenya adalah  dari Westminster ke Embarkment lalu ganti dengan jalur Northen Lines melalui Charing Cross _ Leicester Square – Tottenham Court Road – Goodge Street – Warren – Street – Euston – Mornington Crescent lalu turun di Camden Town Underground station. Camden Town terkenal dengan pasarnya Camden market. Disini banyak terdapat took-toko atau kios-kios yang menjual berbagai macam produk. Para wisatawan biasanya belanja souvenir khas London di sini. Setibanya di stasiun Camden kami langsung menuju pasar dan berburu pernak-pernik London. Banyak sekali souvenir-souvener yang unik dan lucu. Kami hanya membeli bebrapa gantungan kunci dan kantong jinjing saja. Sekedar oleh-oleh untuk keluaga dan kerabat di tanah air.

Camden Town (Dok.Pribadi)

Hari sudah mulai siang dan perut sudah minta untuk diisi. Kami mencari rumah makan yang menyajikan makan halal. Setelah berkeliling kebebrapa tempat akhirnya kami menemukan rumah makan Turki. In Sya Allah makanannya halal, karena pemiliknya Muslim Turki. Kami memesan paket fish and Chips 5 porsi, dengan harga £6 per porsinya. Kurs Pound sterling saat itu adalah sekitar 17 ribu rupiah. Jadi jika dirupiahkan sekitar 100 ribu rupiah. Ternyata satu porsi jumlah makanannya banyak sekali. Sepiring besar kentang goreng dan sepotong ikan goreng sebesar telapak tangan laki-laki dewasa. Daging ikannya berwarna putih dan tebal, rasanya gurih maknyus. Mungkin karena sangat lapar jadi terasa sangat enak dan nikmat. Belum habis setengah porsi perut kami sudah kekenyangan. Akhirnya sisa makanan dibungkus untuk makan sore nanti untuk menghemat pengeluaran.

Selepas makan siang di Camden Town, kami melanjutkan perjalanan ke London Bridge. Dari Camden Town Underground Station kami menggambil jalur Northen Lines menuju London Bridge yang melewati beberapa stasiun pemberhentian seperti  Euston, King’s Cross St. Pancras, Angel, Old Street, Moorgate, Bank dan terakhir tiba di London Bridge Station. Nah dari sisni kita agak kebingungan. Setelah semuanya lancar mulai dari Bayswater hingga Caamden, tiba-tiba kami kehilangan arah. Kami pikir begitu turun di Stasiun London Brige kita bisa langsung menemukan jembatan London yang tersohor itu, seperti saat kami melihat Big Ben tadi.

Kubuka aplikasi Google map, mbak Erna mencoba untuk mencari tahu barangkali adad informasi di sekitar stasiun. Akhirnya kami mengikuti jalur yang disarankan Google. Ahirnya kami tiba di daerah pinggiran sungai dan jembatan kecil tapi tidak ada menara di kiri dan kanannya. Lalu kami balik lagi kearah jalan besar, dan mulai memcoba bertanya kepada orang yang lewat disekitar jalan itu. Dan jawababnya menunjuk ke arah tempat kami tadi.  Pasti ada yang salah. Benar saja saat kami menceritakan bahwa kami mencari jembatan London yang ada menaranya mereka menyebutnya Tower Bridge buka London Bridge. Memang banyak orang yang terkecoh dengan Nama London Bridge untuk Tower Bridge. Jadi yang sedari tadi kami cari adalah Tower Bridge, bukan London Bridge.

Setelah menyadari kekeliruan antara London Bridge dengan Tower Bridge, kami mulai kembali mencari lokasi dari dekat stasiun.
Berhasil menemukan jalan menuju Towwer Bridge, kini ada masalah lagi, ibu sudah tidak kuat lagi untuk berjalan. Sementara menuju tempat yan dimaksud tidak ada angkutan umumnya. Akhirnya ibu memutuskan untuk menunggu di bangku taman dekat air mancur sambil membaca koran yang diperoleh secaa gratis tadi di stasiun. Maka bersangkatlah kami berempat ke tempat yang dari tadi kami cari yaitu Tower Bridge. Setelah berjalan beberapa ratus meter dengan melewati More London Place dan M&S Food, kami tiba di sebuah bangunan serupa Mall bernama More London Riverside. Kami berhenti di depan restaurant Strada. Seberang Restauran Strada, yaitu sebelah kanan atau timur tampak bangunan unik berbentuk setengah bola yaitu City Hall dan Menara jembatan yaitu Tower Bridge yang kami cari. Alhamdulillah, akhirnya Tower Bridge bisa ditemukan juga. 

Tower Bridge (Dok.Pribadi)

Dari Mall itu kami Turun kearah sungai yanga ada dermaga kecilnya dimana kami bisa melihat dengan jelas Tower Bridge yang berdiri megah. Ah senangnya hati ini seperti mendapatkan hadiah besar tak ternilai. Tidak terlalu lama kami berada disana mengingat ibu yang menunggu di taman sendirian. Kami segera kembali ke taman tempat ibu menunggu. Alhamdulillah ibu baik-baik saja.

Selanjutnya dari London Bridge kami naik bus ke monument Station. Dari situ kami naik subway jalur District Lines melewati 8 pemberhentian hingga di Stasiun Plaistow. Di Plaistow ada teman mbak Erna yaitu Ema yang menikah dengan orang London keturunan Bangladesh. Playstow adalah sebuah distrik di wilayah West Ham di London Borough of Newham di London timur. Di stasiun kami dijemput oleh suami Ema yang membawa serta putranya yang kira-kira berusia 5-6 tahun. Di rumah Ema kami disambut dengan hangat oleh keluarganya. Ema tinggal di rumah itu bersama suami dan ketiga anaknya. Maksud kami mampir di rumah Ema selain silaturahmi juga hendak menitipkan ibu selama dua hari. Sengaja ibu dititipkan di rumah Ema karena kami hendak pergi ke Manchaster esok hari. Kami tidak mungkin mengajak ibu karena selain jaraknya jauh dari London, lokasi yang hendak kami kunjungi juga tidak cocok untuk ibu. Tapi kami juga tidak mungkin meninggalkan ibu sendiri di hostel. Rencananya ibu hendak kami jemput lagi sepulang dari Manchester nanti.


Plaistow's Bus Stop (Dok.Pribadi)

Ema menjamu kami dengan hidangan khas Bangladesh. Setelah makan dan sholat dhuhur dan ashar, kami pamit untuk kembali ke Bayswater. Ema menginformasikan bahwa bus menuju stasiun Plaistow akan tiba dalam waktu 5 menit. Jika menunggu bus berikutnya kita harus menunggu lebih lama. Dengan demikian kami segera menuju hatle bus yang jaraknya sekitar 300 meter dari kediaman Ema. Dengan berlari kecil kami menuju halte diirngi hujan rintik-rintik. Tidak lama setelah kami tiba di halte, bus no. 69 datang.

Bus no. 69 mengantar kami hingga Stasiun Plaistow untuk untuk selanjutnya mengambil jalur District Lines menuju Stasiun Bayswater. Dari sini kami kembali ke Hostel (Hyde Park). Setibanya di hostel kami segera membersihkan badan, sholat maghrib dan isya lalu pergi tidur. Hari yang melelahkan namun menyisakan sejuta kenangan yang indah tak terlupakan. Kini waktunya istirahat mengumpulkan tenaga kembali untuk petualangan esok hari. Besok pagi kami akan melakukan perjalanan menuju Old Trafford di Manchaster.


Old Trafford…We are coming!!!










11 komentar: