Selasa, 27 November 2018

GO ABROAD (KELUARGA BACKPACKERAN BAGIAN 1)


     1.  GO ABROAD

Bismillahi majreha wamursaha inna robbi laghofururrohim.
Ini adalah perjalanan pertamaku ke luar negeri selain ibadah haji ke tanah suci tahun 2012 yang lalau.

Senin, 26 Juni 2017 bertepatan dengan 2 Syawal 1438 Hijriyah, ya lebaran hari ke-dua,  adalah awal perjalanan kami. Walau sedikit berat karena harus meninggalkan keempat anaku di rumah, aku tegaskan dalam hati, ini kesempatan yang belum tentu bisa diperoleh di lain waktu. Jadi, aku harus siap, anggap saja perjalanan bulan madu. Hatiku agak lega karena sikembar sudah dijemput Lik Sam (sepupu ibuku) kemarin sore untuk dibawa ke Kebumen Jawa Tengah bersama keluarganya. Di Cijambe, di rumah peninggalan almarhum bapa tinggallah Fikri putra sulungku dan adiknya Fadhil. Sekarang mereka sudah remaja menjelang dewasa jadi sudah tidak dikhawatirkan lagi untuk mengurus diri mereka sendiri selama kami pergi.

Kami berlima, aku bersama Daeng (suamiku), kakakku mba Erna, adikku Novi dan ibu kami tercinta berangkat dari Cijambe sekitar pukul 09.00 dengan dua kendaraan. Aku, Daeng, mba Erna dan ibu naik ethios-nya mba Erna, sedangkan novi naik mobilnya sendiri diantar suaminya, mas Edi biasa kami memanggilnya,  dan ketiga anaknya yang sama-sama berlebaran di Cijambe. Mobil yang kutumpangi dikemudikan oleh Aa Gugun teman mba Erna yang biasa jadi sopir pribadinya.

Alhamdulillah, perjalan dari Cijambe ke Bandara  Internasional Husen Sastranegara terbilang lancar. Macet sedikit disekitar terminal Cicaheum dan daerah pemakan Bala Dewa tidak terlalu menjadi hambatan. Kamipun tiba di  bandara sekitar pukul 10 lewat beberapa menit. Mas Edi dan Aa Gugun meninggalkan kami segera setelah menurunkan barang bawaan kami dan berpamitan serta saling mendoa’akan satu sama lain.

Setelah memastikan semua barang bawaan lengkap, kami langsung bergegas menuju counter check in. Karena kami tadi diturunkan di tempat kedatangan, jadi kami harus berjalan agak jauh ke pintu keberangkatan. Sudah ada sebuah trolley yang memuat dua koper besar dan travel bag yang dibiarkan sebagai tanda antrian depan pintu masuk yang ternyata belum dibuka karena  saat itu masih sekitar tiga jam-an menuju boarding time. Kami pun ikut mengantrikan dua buah trolley di belakangnya,  lalu menunggu di bangku panjang yang tersedia  bersama-sama dengan calon penumpang yang lainnya.

Bandara International Husein Sastranegara Bandung

Setelah beberapa waktu menunggu, pintupun terbuka dan kami segera masuk ke dalam dan bergegas menuju counter check in dengan  melewati mesin scanner tentunya . Setelah check in dan mendapatkan boarding pass dari maskapai penerbangan Malindo Airlines kami menunggu sebentar untuk melewati scanner berikutnya yang masih belum siap melakukan pelayanan. Kami memang datang lebih awal jadi masih banyak petugas yang belum siap sedia. Sambil menunggu aku menyempatkan diri untuk minum dan makan beberapa biskuit yang dibawa dari rumah.  Di sebrang  tempat kami duduk beberapa orang juga melaukan hal yang sama. Suasana tenang tidak seramai di bandara Internatsional Soekarno Hatta.

Setelah menunggu beberapa menit petugas scanner pun siap melayani dan kami antri dengan teratur memasukkan barang tentengan ke dalam mesin scanner termasuk jaket serta perlengkapan badan yang mengandung logam tidak luput harus di scan. Tas punggung Novi minta dibuka oleh petugas yang ternyata ada tripod kamera yang tidak boleh dibawa ke kabin pesawat. Akhirnya mba Erna membawa tripod tersebut ke counter check in untuk dimasukkan ke bagasi. Setelah selesai urusan tripod, kami langsung naik ke lantai atas menuju immigration counter untuk pemeriksaan passport.

Begitu kami tiba di tempat pemeriksaan passport, ternyata di sinipun petugas belum siap sehingga kami harus menunggu lagi selama beberapa menit. Tidak masalah sih bagiku, tapi bagi ibu yang nota bene seorang nenek berusia 75 tahun, itu lumayan bikin pegel. Ini baru tantangan awal, belum apa-apa. Sabar dan maklum,  itu yang harus ditekankan dalam hati. Iklhlas dengan segala yang ada, keluhan apapun tidak akan merubah situasi.

Akhirnya selesai juga tahapan pemeriksaan passport. Setelah pemeriksaan passport, kami segera menuju toilet, dari tadi sudah pengen ke toilet, terutama ibu yang paling kebelet. Aku dan ibu lebih dulu ke toilet wanita disusul oleh mba Erna dan Novi, sedangkan Daeng langsung ke toilet pria di ruang sebelah tentunya. Karena saat itu sudah memasuki waktu dhuhur maka kami sekalian mengambil air wudhu dan sholat dhuhur serta ashar dengan dijama. Aku, daeng dan Novi sekaligus men-qoshor jama nya karena kami bukan pemukim disini. Sementara ibu dan mba Erna hanya di jama saja tanpa qoshor. Kami harus bergegas karena harus bergantian dengan calon penumpang yang lain yang akan sholat juga karena daya tamping mushola tidak banyak hanya bisa sekitar 5-6 orang.

Selanjutnya kami menunggu waktu boarding di ruang tunggu. Kami segera membuka perbekalan untuk makan siang yang sengaja dibawa dari rumah. Mba Erna menyiapkan 6 bungkus nasi tadi pagi sebelum kamimberangkat. Dua bungkus ukuran besar porsinya Daeng dan 4 bungkus ukuran kecil. Ia juga membawa setepak rendang daging sapi yang dimasak untuk hidangan hari raya lebaran kemarin. Ternyata kami tidak sendirian, beberapa calon penumpang lain juga melakukan hal yang sama.

Kami makan sambil melihat lalul alangnya peswat di parkiran depan kami, ya depan kami hanya terhalang dinding kaca yang besar. Mumpung masih ada waktu,  aku berfoto dulu dengan latar belakang pesawat di balik dinding kaca, untuk dikirim kan kepada anak-anak di rumah nanti.




Akhirnya tiba juga waktunya boarding. Dengan teratur para penumpang berjalan menuju pintu boarding  terus turun menuju tempat pesawat parkir. Lumayan  agak jauh jalan kakinya. Kasihan ibu kalau harus jalan kaki, jadi ibu aku sarankan untuk naik mobil khusus lansia yang mengantar hingga pintu pesawat. Sementara kami berjalan kaki bersama para penumpang lainnya. Sekali lagi kami berfoto depan pesawat.

Bandara Husein sastranegara.


Di pintu pesawat kami disambut para kru pesawat yang ramah dan siap membantu para penumpang mencari tempat duduk yang sesuai dengan nomor tiket masing-masing. Kursiku ada disebelah kanan bagian pesawat. Kursi dekat jendela sudah ada yang menduduki yaitu seorang pria bule setengah baya. Kami pun melempar senyum padanya sebagai tanda sapaan. Ia pun mempersilahkan kami duduk bersama dengannya. Daeng duduk di tengah disamping pria bule tadi, sementara aku di pinggir dekat gang. Sementara Ibu, mba Erna dan Novi duduk di deretan sebelah kiri tepat disamping deretan kusi kami.




Diperkirakan penerbangan dari Bandung ke Kuala Lumpur akan menghabiskan waktu selama 2 jam. Hampir sama dengan waktu perjalanan Jakarta- Makassar.
Beruntung pesawatnya dilengkapi dengan layar televisi dengan beragam pilihan hiburan sehingga penumpang bisa mendapatkan hiburan selama perjalanan. Ada banyak pilihan jenis film. Film Indonesia juga ada walaupun sedikit. Disitu tertera tiga judul, ‘Surga yang tak dirindukan’, ‘Sabtu bersama Bapa’ dan satu lagi entah apa aku lupa. Aku lebih suka film asing yang bintangnya terkenal dan masuk favorit aku. Akhirnya aku menemukan film yang dibintangi Leonardo de Caprio. Aku tidak  terlalu memperhatikan judulnya. Yang jelas kostum yang dipakai adalah kostum koboi zaman dulu, dengan mantel bulu beruang, rambut gondrong brewokan, dekil dan kucel tapi macho. Latar belakangnya hutan pinus pengunungan salju. Pasti seru nih pikirku. Jadi kuputuskan memilih film ini saja. Sebelum film dimulai ada notifikasi bahwa film ini memiliki durasi yang lebih lama dari durasi perjalanan peswat. Jadi apakah anda mau melanjutkan menonton atau membatalkannya. Aku memilih lanjut saja, tidak sampai tamat juga tak masalah. Di rumah juga kalau nonton film di tv sering ketiduran tidak nonton sampai tamat.

Di tengah perjalanan beberapa kali pesawat agak sedikit bergetar, cuaca agak kurang baik rupanya. Kalo sudah begini, hanya do’a yang bisa dipanjatkan kepada sang Penguasa alam. Ya Allah lindungi perjalan kami hingga kami tiba di tempat tujuan dengan selamat, Aamiin.

Selang beberapa waktu pramugari mulai membagikan makanan ringan dalam kotak dus dan menawarkan beberapa macam minuman ringan dengan  logat Upin Ipin. Ya ini  maskapai penerbangan milik Malaysia jadi pramugarinya macam kak Rose logat bicaranya.  Aku memilih apple juice, begitupun Daeng. Kotak makanan aku buka, ternyata isinya sejenis roti pizza dengan topping daging sapi, paprika, bombai dan keju. Lumayan rasanya, kuhabiskan roti pizza nya sambil melanjutkan nonton de Caprio.


Hidangan yang disajikan oleh maskapai 



Tidak terasa kami sudah hampir tiba di tempat tujuan, film pun harus diakhiri.  Good bye Leonardo! See you next time. Entah kapan bisa melanjutkan nonton filmnya lagi,
Sambil melepas earphone dari kedua telingaku serta mengencangkan sabuk pengaman, aku menatap ke luar jendela pesawat. Nampak hamparan hijau di bawah sana, persis seperti permadani. Rupanya haparan hijau itu adalah kebun sawit. Setelah peswat benar-benar mendarat dengan aman, para penumpang perlahan-lahan turun dari pesawat dan bergegas masuk ke dalam bangunan bandara untuk klaim bagasi masing-masing. Namun sebelum mengklaim bagasi, kita harus melewati check passport dulu. 

Untuk sampai ke counter imigrasi, kita harus naik monorel kerana jaraknya lumayan jauh. Lokasinya berada dalam gedung yang berbeda. Sambil celingukan melihat papan petunjuk kami bergegas menuju lokasi yang kami cari. Akhirnya tiba di tempat tujuan. Namun, SubhanAlloh, antrian penumpang sampai mengular berkelok-kelok. Kami segera antri di loket khusus ASEAN Passport. Ini sih lebih mirip pasar daripada bandara, saking ramainya. Kami harus sabar antri di loket yang majunya lambat-lambat karena petugas yang terbatas. Ternyata antrian di FOREIGN Passport lebih parah lagi. Masih musim mudik barangkali ya, kan ini baru hari ke-dua Idul Fitri. Dan para bule itu  ternyata mereka sudah masuk liburan musim panas.

Suasana antrian di loket pemeriksaan Passport.


Antrian pun secara perlahan tapi pasti melaju mengantarkan kami ke depan loket pemeriksaan passport. Setelah diperiksa keabsahannya maka buku passportpun di bubuhi stempel kedatangan di Malaysia. Segera kami menuju tempat klaim bagasi untuk mengambil barang bawaan kami. Disana sudah tidak banyak orang lagi, dan koper-koper kami sudah ada ditepi lintasan ban berjalan. Langsung kami mengambilnya dan bergegas ke pintu keluar dengan barang-barang bawaan kami.
 Alhamdulillah.

Kuala Lumpur International Airport.


1 komentar: