1 1. GO ABROAD
Bismillahi majreha
wamursaha inna robbi laghofururrohim.
Ini adalah perjalanan
pertamaku ke luar negeri selain ibadah haji ke tanah suci tahun 2012 yang
lalau.
Senin, 26 Juni 2017
bertepatan dengan 2 Syawal 1438 Hijriyah, ya lebaran hari ke-dua, adalah awal perjalanan kami. Walau sedikit
berat karena harus meninggalkan keempat anaku di rumah, aku tegaskan dalam
hati, ini kesempatan yang belum tentu bisa diperoleh di lain waktu. Jadi, aku
harus siap, anggap saja perjalanan bulan madu. Hatiku agak lega karena sikembar
sudah dijemput Lik Sam (sepupu ibuku) kemarin sore untuk dibawa ke Kebumen Jawa
Tengah bersama keluarganya. Di Cijambe, di rumah peninggalan almarhum bapa tinggallah
Fikri putra sulungku dan adiknya Fadhil. Sekarang mereka sudah remaja menjelang
dewasa jadi sudah tidak dikhawatirkan lagi untuk mengurus diri mereka sendiri
selama kami pergi.
Kami berlima, aku
bersama Daeng (suamiku), kakakku mba Erna, adikku Novi dan ibu kami tercinta berangkat
dari Cijambe sekitar pukul 09.00 dengan dua kendaraan. Aku, Daeng, mba Erna dan
ibu naik ethios-nya mba Erna, sedangkan novi naik mobilnya sendiri diantar
suaminya, mas Edi biasa kami memanggilnya, dan ketiga anaknya yang sama-sama berlebaran
di Cijambe. Mobil yang kutumpangi dikemudikan oleh Aa Gugun teman mba Erna yang
biasa jadi sopir pribadinya.
Alhamdulillah, perjalan
dari Cijambe ke Bandara Internasional
Husen Sastranegara terbilang lancar. Macet sedikit disekitar terminal Cicaheum
dan daerah pemakan Bala Dewa tidak terlalu menjadi hambatan. Kamipun tiba di bandara sekitar pukul 10 lewat beberapa menit.
Mas Edi dan Aa Gugun meninggalkan kami segera setelah menurunkan barang bawaan
kami dan berpamitan serta saling mendoa’akan satu sama lain.
Setelah memastikan semua
barang bawaan lengkap, kami langsung bergegas menuju counter check in. Karena kami tadi diturunkan di tempat kedatangan,
jadi kami harus berjalan agak jauh ke pintu keberangkatan. Sudah ada sebuah trolley yang memuat dua koper besar dan travel bag yang dibiarkan sebagai tanda
antrian depan pintu masuk yang ternyata belum dibuka karena saat itu masih sekitar tiga jam-an menuju boarding time. Kami pun ikut
mengantrikan dua buah trolley di belakangnya,
lalu menunggu di bangku panjang yang tersedia bersama-sama dengan calon penumpang yang
lainnya.
Bandara International Husein Sastranegara Bandung |
Setelah beberapa waktu
menunggu, pintupun terbuka dan kami segera masuk ke dalam dan bergegas menuju counter check in dengan melewati mesin scanner tentunya . Setelah
check in dan mendapatkan boarding pass dari maskapai penerbangan Malindo
Airlines kami menunggu sebentar untuk melewati scanner berikutnya yang masih
belum siap melakukan pelayanan. Kami memang datang lebih awal jadi masih banyak
petugas yang belum siap sedia. Sambil menunggu aku menyempatkan diri untuk
minum dan makan beberapa biskuit yang dibawa dari rumah. Di sebrang
tempat kami duduk beberapa orang juga melaukan hal yang sama. Suasana
tenang tidak seramai di bandara Internatsional Soekarno Hatta.
Setelah menunggu
beberapa menit petugas scanner pun siap melayani dan kami antri dengan teratur
memasukkan barang tentengan ke dalam mesin scanner termasuk jaket serta
perlengkapan badan yang mengandung logam tidak luput harus di scan. Tas
punggung Novi minta dibuka oleh petugas yang ternyata ada tripod kamera yang
tidak boleh dibawa ke kabin pesawat. Akhirnya mba Erna membawa tripod tersebut
ke counter check in untuk dimasukkan ke bagasi. Setelah selesai urusan tripod,
kami langsung naik ke lantai atas menuju immigration
counter untuk pemeriksaan passport.
Begitu kami tiba di
tempat pemeriksaan passport, ternyata di sinipun petugas belum siap sehingga
kami harus menunggu lagi selama beberapa menit. Tidak masalah sih bagiku, tapi
bagi ibu yang nota bene seorang nenek berusia 75 tahun, itu lumayan bikin
pegel. Ini baru tantangan awal, belum apa-apa. Sabar dan maklum, itu yang harus ditekankan dalam hati. Iklhlas
dengan segala yang ada, keluhan apapun tidak akan merubah situasi.
Akhirnya selesai juga
tahapan pemeriksaan passport. Setelah pemeriksaan passport, kami segera menuju
toilet, dari tadi sudah pengen ke toilet, terutama ibu yang paling kebelet. Aku
dan ibu lebih dulu ke toilet wanita disusul oleh mba Erna dan Novi, sedangkan Daeng
langsung ke toilet pria di ruang sebelah tentunya. Karena saat itu sudah
memasuki waktu dhuhur maka kami sekalian mengambil air wudhu dan sholat dhuhur
serta ashar dengan dijama. Aku, daeng dan Novi sekaligus men-qoshor jama nya
karena kami bukan pemukim disini. Sementara ibu dan mba Erna hanya di jama saja
tanpa qoshor. Kami harus bergegas karena harus bergantian dengan calon
penumpang yang lain yang akan sholat juga karena daya tamping mushola tidak
banyak hanya bisa sekitar 5-6 orang.
Selanjutnya kami
menunggu waktu boarding di ruang tunggu. Kami segera membuka perbekalan untuk
makan siang yang sengaja dibawa dari rumah. Mba Erna menyiapkan 6 bungkus nasi
tadi pagi sebelum kamimberangkat. Dua bungkus ukuran besar porsinya Daeng dan 4
bungkus ukuran kecil. Ia juga membawa setepak rendang daging sapi yang dimasak
untuk hidangan hari raya lebaran kemarin. Ternyata kami tidak sendirian,
beberapa calon penumpang lain juga melakukan hal yang sama.
Kami makan sambil
melihat lalul alangnya peswat di parkiran depan kami, ya depan kami hanya
terhalang dinding kaca yang besar. Mumpung masih ada waktu, aku berfoto dulu dengan latar belakang
pesawat di balik dinding kaca, untuk dikirim kan kepada anak-anak di rumah nanti.
Akhirnya tiba juga
waktunya boarding. Dengan teratur para penumpang berjalan menuju pintu boarding
terus turun menuju tempat pesawat parkir.
Lumayan agak jauh jalan kakinya. Kasihan
ibu kalau harus jalan kaki, jadi ibu aku sarankan untuk naik mobil khusus lansia
yang mengantar hingga pintu pesawat. Sementara kami berjalan kaki bersama para
penumpang lainnya. Sekali lagi kami berfoto depan pesawat.
Bandara Husein sastranegara. |
Di pintu pesawat kami
disambut para kru pesawat yang ramah dan siap membantu para penumpang mencari
tempat duduk yang sesuai dengan nomor tiket masing-masing. Kursiku ada
disebelah kanan bagian pesawat. Kursi dekat jendela sudah ada yang menduduki
yaitu seorang pria bule setengah baya. Kami pun melempar senyum padanya sebagai
tanda sapaan. Ia pun mempersilahkan kami duduk bersama dengannya. Daeng duduk
di tengah disamping pria bule tadi, sementara aku di pinggir dekat gang.
Sementara Ibu, mba Erna dan Novi duduk di deretan sebelah kiri tepat disamping
deretan kusi kami.
Diperkirakan penerbangan
dari Bandung ke Kuala Lumpur akan menghabiskan waktu selama 2 jam. Hampir sama
dengan waktu perjalanan Jakarta- Makassar.
Beruntung pesawatnya dilengkapi
dengan layar televisi dengan beragam pilihan hiburan sehingga penumpang bisa
mendapatkan hiburan selama perjalanan. Ada banyak pilihan jenis film. Film
Indonesia juga ada walaupun sedikit. Disitu tertera tiga judul, ‘Surga yang tak
dirindukan’, ‘Sabtu bersama Bapa’ dan satu lagi entah apa aku lupa. Aku lebih
suka film asing yang bintangnya terkenal dan masuk favorit aku. Akhirnya aku menemukan
film yang dibintangi Leonardo de Caprio. Aku tidak terlalu memperhatikan
judulnya. Yang jelas kostum yang dipakai adalah kostum koboi zaman dulu, dengan
mantel bulu beruang, rambut gondrong brewokan, dekil dan kucel tapi macho.
Latar belakangnya hutan pinus pengunungan salju. Pasti seru nih pikirku. Jadi kuputuskan
memilih film ini saja. Sebelum film dimulai ada notifikasi bahwa film ini memiliki
durasi yang lebih lama dari durasi perjalanan peswat. Jadi apakah anda mau
melanjutkan menonton atau membatalkannya. Aku memilih lanjut saja, tidak sampai
tamat juga tak masalah. Di rumah juga kalau nonton film di tv sering ketiduran
tidak nonton sampai tamat.
Di tengah perjalanan
beberapa kali pesawat agak sedikit bergetar, cuaca agak kurang baik rupanya.
Kalo sudah begini, hanya do’a yang bisa dipanjatkan kepada sang Penguasa alam.
Ya Allah lindungi perjalan kami hingga kami tiba di tempat tujuan dengan
selamat, Aamiin.
Selang beberapa waktu
pramugari mulai membagikan makanan ringan dalam kotak dus dan menawarkan
beberapa macam minuman ringan dengan
logat Upin Ipin. Ya ini maskapai
penerbangan milik Malaysia jadi pramugarinya macam kak Rose logat bicaranya. Aku memilih apple juice, begitupun Daeng.
Kotak makanan aku buka, ternyata isinya sejenis roti pizza dengan topping
daging sapi, paprika, bombai dan keju. Lumayan rasanya, kuhabiskan roti pizza
nya sambil melanjutkan nonton de Caprio.
Hidangan yang disajikan oleh maskapai |
Tidak terasa kami sudah
hampir tiba di tempat tujuan, film pun harus diakhiri. Good bye Leonardo! See you next time. Entah
kapan bisa melanjutkan nonton filmnya lagi,
Sambil melepas earphone
dari kedua telingaku serta mengencangkan sabuk pengaman, aku menatap ke luar
jendela pesawat. Nampak hamparan hijau di bawah sana, persis seperti permadani.
Rupanya haparan hijau itu adalah kebun sawit. Setelah peswat
benar-benar mendarat dengan aman, para penumpang perlahan-lahan turun dari
pesawat dan bergegas masuk ke dalam bangunan bandara untuk klaim bagasi
masing-masing. Namun sebelum mengklaim bagasi, kita harus melewati check
passport dulu.
Untuk sampai ke counter
imigrasi, kita harus naik monorel kerana jaraknya lumayan jauh. Lokasinya
berada dalam gedung yang berbeda. Sambil celingukan melihat papan petunjuk kami
bergegas menuju lokasi yang kami cari. Akhirnya tiba di tempat tujuan. Namun,
SubhanAlloh, antrian penumpang sampai mengular berkelok-kelok. Kami segera
antri di loket khusus ASEAN Passport. Ini sih lebih mirip pasar daripada
bandara, saking ramainya. Kami harus sabar antri di loket yang majunya
lambat-lambat karena petugas yang terbatas. Ternyata antrian di FOREIGN
Passport lebih parah lagi. Masih musim mudik barangkali ya, kan ini baru hari
ke-dua Idul Fitri. Dan para bule itu ternyata
mereka sudah masuk liburan musim panas.
Suasana antrian di loket pemeriksaan Passport. |
Antrian pun secara
perlahan tapi pasti melaju mengantarkan kami ke depan loket pemeriksaan
passport. Setelah diperiksa keabsahannya maka buku passportpun di bubuhi stempel
kedatangan di Malaysia. Segera kami menuju tempat klaim bagasi untuk mengambil
barang bawaan kami. Disana sudah tidak banyak orang lagi, dan koper-koper kami
sudah ada ditepi lintasan ban berjalan. Langsung kami mengambilnya dan bergegas
ke pintu keluar dengan barang-barang bawaan kami.
Alhamdulillah.
Kuala Lumpur International Airport. |