Case Study
Strategy Dictoglos yang penuh konsentrasi tapi menyenangkan.
Oleh : Mardiani
Saya dapat tawaran dari mas Arief, DC. Usaid Prioritas Kab. Indramyu, untuk mendokumentasikan pelaksanakan pembelajaran yang baik di kelas di sekolah tempat saya mengajar yaitu di SMPN 1 Lohbener . Saya menerima dengan senang hati tawarannya. Karena saya mengajar Bahasa Inggis maka saya siapkan semua perangkat untuk mengajar Bahasa Inggris dengan materi teks Prosedur. Setelah membuat kesepakatan mengenai hari H-nya, maka kami sepakat untuk melaksanakan nya pada hari Rabu di kelas IX.B jam ke-3 dan ke-4.
Pada hari Rabu 9 Nopember 2016 saya sudah siap dengan perangkat pembelajaran yang diperlukan. Rpp, LK, alat peraga sudah on the spot. Kurang lebih 20 menit sebelumnya mas Arief sudah datang dengan motornya yang kempes. Tidak apa-apa mas, nanti bisa ditambal depan sekolah. Mas Arief kemudian menjelaskan sedikit skenario pengambilan gambar, dan saya menjelaskan mengenai skenario pembelajarannya. Tidak lupa mas Arief juga memberikan pengarahan kepada para peserta didik untuk tidak merasa terganggu dengan keberadaannya, agar mereka mengikuti pembelajaran dengan sebagaimana mestinya.
Strategi Dictoglos adalah strategi yang mirip dengan metode dikte tradisional, walaupun hanya berupa superfisial. Seperti yang kemukakan oleh Madusari, Alamsyah, Dihanti (2009: 26) bahwa dalam pembelajaran menyimak dengan strategi ini, guru membacakan sebuah wacana singkat kepada siswa dengan kecepatan normal dan siswa diminta menuliskan kata sebanyak yang mereka mampu. Mereka kemudian bekerja sama dalam kelompok- kelompok kecil untuk merekronstruksi wacana dengan berdasarkan kepada serpihan-serpihan yang telah telah mereka tulis.
Seperti biasa sebelum pelajaran dimulai kami mengawalinya dengan membaca Basmalah dan terjemahan Bahasa Inggrisnya. Kemudian saya mengecek kehdiran siswa, mereview materi yang sudah didiskusikan pada pertemuan sebelumnya dan menghubungkan dengan materi yang akan dibahas selanjutnya. Tidak lupa saya sampaikan juga tujuan pembelajaran yang akan dicapai, Saya sampaikan kepada mereka bahwa hari ini kita akn belajar menyimak tek prosedur dan diharapkan melalui kegiatan pembeelajaran mereka akan dapat mengidentifikassi berbagai informasi dari teks monolog yang mereka simak. Karena posisi duduk mereka sudah terbiasa membentuk kelompok jadi saya tidak perlu repot-repot membentuk kelompok lagi.
Kegiatan Inti saya bagi menjadi tiga sesi, yaitu pre-listening, while-listening dan post listening.
Pada sesi Pre-listening saya memberikan puzzle berupa gambar yang berhubungan dengan perosedur membuat minuman atau makanan dengan bahan dasar nanas kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok bertugas untuk mencocokan setiap gambar dengan kata-kata yang tepat. Saya katakan kepada mereka bahwa kelompok yang sudah selesai boleh meneriakkan kata "Bingo". The first Bingo akan mendapatkan label #1, selanjutya #2, #3 dan seterusnya hingga bingo terakhir. Saya sengaja memberi jumlah yang
lebih pada kartu kata dari pada gambar sebagai pengecoh. Ini sempat membuat
beberapa anak bigung karena mengira ada kartu gambar yang hilang. Namun setelah
saya jelaskan mereka pun merasa lega dan bisa melanjutkan pekerjaannya lagi. Setelah
semua kelompok menyelesaikan tugasnya, tiga kelompok yang Bingo terlebih dahulu
menampilkan hasil kerja kelompoknya di depn kelas secara bergantian dan
kelompok lain member apresiasi.
Kemudian para peserta didik berlatih mengucapkan kata-kata dari puzzle yang mereka kerjakan dengan bimbingan saya.
Kemudian para peserta didik berlatih mengucapkan kata-kata dari puzzle yang mereka kerjakan dengan bimbingan saya.
Pada kegiatan while listening, saya katakan pada
para peserta didik bahwa saya akan bercerita tentang resep favorit saya yaitu
Pineapple stew, dan saya meminta mereka untuk menyimak baik-baik dan menuliskan
semua informai yang saya sampaikan pada buku catatan masing-masing. Kemudin saya
menceritakan mulai dari bahan-bahan yang dibutuhkan hingga serta cara-cara
membuatnya dengan bantuan alat peraga berupa flash card. Para peserta didik
menyimak apa yang saya sapaikan dan menuliskannya pada buku catatan mereka
masing-masing. Setelah selesai pendiktean, saya meminta mereka untuk
menuliskan kembali resep yang saya ceritakan dengan menggunakan kata-kata mereka
sendiri. Mula- mula mereka berdiskusi secara berpasangan untuk menyususn
berbagai informasi yang mereka peroleh saat pendiktean tadi. Kemudian saya
meminta mereka untuk bergabung dalam kelompok yg lebih besar menjadi empat
orang untuk menyempurnakan teks yang mereka susun.
Sebelum masuk ke tahap berikutya,
saya mengajak mereka untuk ice breaking sejenak. Mereka diminta untuk berdiri
berjejer membentuk rantai yang tidak putus. Kemudian masing - masing individu
membuka tangan kirinya dan meletakkan telunjuk tangan kanannya diatas tanagn
kiri teman sebelahnya. Saya katakan bahwa saya akan menyampikan sebuah cerita,
bila saya mengatakan mango, maka tangan kiri harus menangkap telunjuk temannya
dan telunjuk tangan kanan harus berusaha menghindar dari tangkapan tangan kiri
temannya. Setelah beberapa kalimat dan tiba pada kata mango maka ada beberapa
orang yang telujuknya tertangkap oleh tangan kiri temannya. Nah yang tertangkap
itu mendapat hukuman untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
Pada sesi presentasi setiap
kelompok menyampaikan hasil dikusinya dan kelompok lain menaggapi dengan member
komentar dan masukan. Pada dasarnya semua kelompok melakukan tugasnya dengn
baik hanya ada beberapa kesalahan seperti penulisan ejaan yang kurang tepat,
kata atau kalimat yang kurang lengkap serta tanda baca yang kurang sempurna. Setelah
semua kelompok melaporkan hasilnya didepan kelas, saya memperlihatkan resep
asli yang saya sampaikan tadi dan membandingkan dengan hasil kerja kelompok
tadi. Mereka terlihat senang karena hasilnya tidak jauh berbeda. Selanjutnya
kami membahas berbagai informasi dari teks yang kami bahas tadi, mulai dari tujuan
komunikatif, struktur teks, kosataka dan tata bahasa, serta berbagai informasi
yang terkandung di dalamnya. Lalu mereka memajang hasil karyanya di papan pajang.
Kegiatan post- listening, saya
memberikan tes individu yaitu mengisi paragraph rumpang yang diberikan berdasarkan teks yang saya bacakan
yang masih berhubungan dengan resep masakan.
Kegiatn penutup saya isi dengan membuat
kesimpulan mengenai materi yang kami
bahas, serta melakukan refleksi sederhana terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Mereka mengungkapakn apa yang mereka rasakan serta dan menyampaaikan pula kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi selama
proses pembelajaran tadi. Mereka terlihat senang dan puas dengan pembelajaran
saat itu. Seru, tegang, dan konsentrasi penuh, tapi menyenangkan. Itu yang mereka katakan. Tapi ada juga yang mengatakan
malu karena ada mas Arief yang merekam dengan kameranya. Sebelum menutup
pembelajaran saya menugaskan mereka untuk mencari resep-resep berbahasa
inggris lain dari berbagai sumber. Tidak lupa pula saya sampaikan rencana
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
Bagaimana? Anda tertarik untuk
mencoba srtategi ini?
REFLEKSI:
Saya senang melihat para peserta
didik labih antusias belajar, bukan karena ada yang merekam tapi karena
kegiatan pembelajaran yang menarik dengan
materi yang menarik dengan gambar yang berwarna warni. mereka juga lebih kosentrasi pada saat listening, karena takut ketinggalan kalimat. Ada sedikit masalah
dalam pembelajaran di kelas IX.B ini, yaitu penulisan ejaan yang masih kurang
tepat, yang harus dilatih lagi secara intensif.